BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
“Kepemimpinan” diterjemahkan dari
bahasa inggris “Leadership”. Dalam Ensiklopedia Umum (1993) diartikan sebagai
“Hubungan erat antara seorang dan kelompok manusia, karena ada kepentingan yang
sama”. Hubungan tersebut ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing
dari pemimpin dan yang dipimpin.
“Motivasi” kata motivasi berasal
dari kata latin “movere” yang berarti “bergerak” yang dimaksudkan sebagai
“bergerak untuk maju”. Motivasi dalam konteks organisasi dijelaskan Hasibuan
(1991:183) sebagai suat keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar
mau berkerja secara berhasil, sehingga tercapai keinginan para pegawai
sekaligus tercapainya tujuan organisasi. Dalam pengertian ini nampak peran
pemimpin yang memberikan dorongan kepada bawahan agar mau bekerja keras dengan
menerapkan teknik-teknik motivasi yang efektif sebagaimana dikatakn Pole
(1987:15) “Motivation is concerned with
personal energy directed to ward the achiviement of partcular goal”
Dari pemaparan diatas jelas bahwa
kepemimpinan dan motivasi mempunyai hubungan yang erat dimana seorang pemimpin
bisa memotivasi bawahannya agar berkerjakerasuntuk mencapai tujuannya, Dubrin.
A. J. (2001:3), kepemimpinan adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan
memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi,
maka pemakalah dalam hal ini ingin memparkan tentang kepemimpinan dan motivasi dalam
organisasi.
1.2.
PEMBATASAN
MASALAH
Untuk
memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang akan dibahas pada
masalah:
a. Definisi
kepemimpinan
b. Keterampilan
kepemimpinan
c. Pendekatan
kepemimpinan
d. Pengertian
motivasi dan motif
e. Tujuan
motivasi
f.
Perinsip-perinsip motivasi
g. Jenis dan
teori motivasi
h. Faktor-faktor
motivasi
i.
Teknik-teknik motivasi
1.3.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang dan pembatasan tersebut, masalah-masalah yang akan dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Apa definisi
kepemimpinan?
b. Bagaimana
keterampilan seorang pemimpin?
c. Apa saja
pendektan yang dilakukan seorang pemimpin?
d. Apa
pengertian motivasi dan motif?
e. Apa tujuan
dari motivasi?
f.
Bagaimana prinsip-perinsip motivasi?
g. Bagaimana
jenis dan teori motivasi?
h. Apa
faktor-faktor motivasi?
i.
Bagaimana teknik-teknik motivasi?
1.4.
TUJUAN
1. Mengetahui
definisi kepemimpinan
2. Memahami
keterampilan pemimpin
3. Memahami
pendekatan-pendekatan yang dilkukan pemimpin
4. Mengetahui
pengertian motivasi
5. Mengetahui
tujuan motivasi
6. Memahami
perinsip-perinsip motivasi
7. Memahami
jenis dan teori motivasi
8. Mengetahui
faktor motivasi
9. Memahami
teknik-teknik motivasi
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.
Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam Ensiklopedi Umum diartikan sebagai ubungan yang
erat antara seorang dan kelompok manusia, karena ada kepentingan yang sama.
Berikut
beberapa definisi kepemimpinan:
1. Bass (1990),
kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara anggota suat kelompok sehingga pemimpin
merupakan agen pembaharu, agen perubahan, oang yang perilakunya akan lebih
mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi mereka,
dan kepemimpinan itu sendiri timbul ketika suat kelompok mengubah suatu
kelompok mengubah motivasi kepentingan-kepentingan anggota lainnya
dalamkelompok.
2. Northouse,
A. J. (2001:3), kepemimpinan adalah suat proses di mana individu mempengaruhi
kelompok untuk mencapai tujuan umum.
3. Kottler
(1988: 5), kepemimpinan adalah proses menggerakkan seseorang atau
sekelompok orang kepada tujuan-tujuan umumnya ditempuh dengan
cara-cara yang tidak memaksa.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa akan terjadi kepemimpinan
apabila di dalam situasi tertentu seseorang
lebih menonjol dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan atau kelompok sehingga dengan penuh kesadaran orang-orang dapat
mengikuti apa yang diinginkan pemimpin dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan pendidikan adalah suat peroses mempengaruhi,
mengkoordinasi, dan menggerakan perilaku orang lain serta melakukan suatu
perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan
pendidikan.
1.2.
Keterampilan
Kepemimpinan
Davis,
(1981: 127), mengidentifikasi tiga ketrampilan kepemimpinan yaitu:
1. Technicalskills; diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi
dan menilai pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya. Contohnya
pemimpin pendidikan perlu menguasai cara-cara menyusun renstra, membuat silabus,
memahami PBM, menguasai tekink penilaian, dan sebagainya.
2. Human skills; kemamapuandalam membangun relasi dan dapat bekerjasama dengan
orang lain adalah kualifikasi yang dipersyaratkan seorang pemimpin baik dalam situasi formal
maupun informal. Untuk membangun relasi yang lebih baik harus dikembangkan
sikap resfek dan saling menghargai sati
sama lain.
3. Conceptual skills; pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang
mampu memberi solusi yang tepat yang timbul dari pemikirannya yang cerdas
tentang suatu persoalan.
Sedangkan Tim Dosen MKDK (2006) menjelaskan bahwa pemimpin perlu
memiliki keterampilan kepemimpinan yaitu:
1. Keterampilan
dalam memimpin
2. Keterampilam
dalam hubungan insani
3. Keterampilan
dalam proses kelompok
4. Keterampilan
dalam administrasi personil
5. Keterampilan
dalam menilai
1.3.
Pendekatan
Kepemimpinan
1.
Pendekatan
Teori Sifat Pemimpin (Traits Theory)
Pemimpin yang mempunyai ciri kepemimpinan adalah seseorang yang
memiliki kualitas diri yang baik tercermin sifat-sifat atau watak. Biasanya
sifat atau watak yang diharapkan anggota dari pemimpinnya adalah cerdas, bijak,
semangat, tanggung jawab, dan dapat dipercaya.
Davis mengikhtisarkan 4 sifat utama yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pemimpin yaitu: (1) kecerdasan, (2) kedewasaan dan keluasan
hubungan sosial, (3) motivasi dan dari dorongan berprestasi, (4) sikap-sikap
hubungan manusiawi.
Hicks dan Gullet menunjuakan 8 sifat kepemimpinan yang harus
dimiliki pemimpin, yaitu:
a. Bersikap
adil.
b. Memberi
sugesti.
c. Mendukung
tercapainya tujuan.
d. Katalisator.
e. Menciptakan
rasa aman.
f.
Sebagai wakil organisasi.
g. Sumber
inspirasi.
h. Bersikap
menhargai.
2.
Pendekatan
Perilaku Pemimpin (behavior theory)
Mintorogo (1996) menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan merupakan
tindakan-tindakan spesifik seseorang pemimpin dalam mengarahkan
mengkoordinasikan kerja anggota kelompok. Sehingga kita dapat mempelajarinya
sebagaimana yang dikatakan Hoy dan Miskel (1982) bahwa perilaku kepemimpinan
dapat dipelajari. Oleh karena itu dapat terjadi bahwa individu yang dilatih
dalam perilaku kepemimpinan yang memadai akan mampu memimpin secara lebih
efektif.
Menelaah perilaku kepemimpinan dapat diidentifikasi dari dua aspek
yaitu dari fungsi kepemimpinan yang dijalankan dan dri gaya yang ditunjukan
pemimpin.
a.
Fungsi
Kepemimpinan
Organisasi
berisi sekelompok orang yang satu diantaranyadibutuhkan untuk menggerakkan
mereka agar bekerja dengan efektif. Kepemimpin akan terjadi secara efektf
apabila pemimpin dapat menjalankan dua fungsi utam yaitu (1) yang berkaitan
dengan tugas atau fungsi pemacahan masala, dan (2) berkaitan dengn pembinaan
kelompok atau fungsi sosial.
Fungsi tugas
memudahkan dan mengkoordinasikan usaha kelompok dan memilih, mendefinisikan dan
memecahkan masalah bersama. Fungsi sosial membantu kelompok berjalan lebih
lancar, menengahi perbedaan pendapat, meredam konflik, dan dapat memancarkan
perasaan hangat dan empathik kepada anggota.
b.
Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan merupakan norma atau dapat juga di artikan sebagai pola perilaku
dalam memeperagakan kepemimpinannya. Terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan orientasi tugas, dan gaya
dengan orientasi pada anggota.
Gaya
kepemimpinan yang berorientasi tugas ingin pekerjaan selesai dengan memuaskan,
tepat waktu, dan sempurna sehingga ia dapat betu-betul mengendalikan pegawai
agar konsisten dan serius dalam pekerjaannya, kadang-kadang pemimpin tidak mau
tahu dengan urusan-urusan pribadi karyawannya.
Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada pegawai/anggota organisasi melaksankan
kepemimpinannya dengan berupaya memberikan dorongan semangat, membimbing dan
mengarahkan secara empatik dan memberikan kepercayaan kepada anggota untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dengan karyanya sendiri.
Terdapat
empat gaya kepemimpinan yaitu otoriter, pseudo demokratis, laissez faire, dan
demokratis.
§ Otoriter
adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada kekuasaan dan kepatuhan anggota
secara mutlak.
§ Pseudo
demokratis adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada penciptaan situasi
yang memberi kesan demokratis padahal pemimpin sangat pandai menggring
pikiran/ide anggota untuk mengikuti kehendaknya.
§ Laissez
faire adalah gaya kepemimpianan yang menunjukan ketidak mampuan pemimpin karena
ia membiarkan organisasi dan anggota melaksakan kegiatan masing-masing tanpa
dalam satu arah kebijakan yang jelas dari pemimpin.
§ Demokratis
adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada hubungan interpersonal yang baik.
Ia mengharapkan para anggota organisasi berkembang sesuai potensi. Untuk itu
pemimpin berupaya membimbing, mengarahkan dengan mempartisipasikan dalam
kegiatan dan mengakui karya mereka secara propsional.
3.
Pendekatan
Kontigensi
Studi kepemimpinan yang disebut pendekatan kontigensi, yaitu suatu
studi kepemimpinan yang hakikatnya berusaha untuk memenuhi jawaban atas
pertanyaan What makes the leader
effective. Bahwa yang membuat kepemimpinan itu efektif bukan hanya
keberadaan pimpinananya itu sendiri tetapi ada variable lain yang turut
menentukan. Menurut Blanchard (1995)terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas kepemimpinan yaitu: (1)
keperibadian, pengalaman masa lampau dan harapan pemimpin, (2) harapan dan
perilaku atasan, (3) tuntutan tugas yang diberikan, (4) harapan dan perolaku
rekan, (5) karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan, (6) kultur dan
kebijakan prganisasi.
4.
Perubahan
Sosial dan Gaya kepemimpinan
Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai citra “Tidak pernah
selesai “, keberhasilan kemarin sekaligus menjadi perjuangan hari ini sedang
keberhasilan hari ini adalah perjuangan hari esok . perjalan hidup manusia
mengisyaratkan adanya perubahan yang terus menerus, sehingga filsafat
“Perubahan merupakan suatu yang kekal” menjadi karakteristik tetap kehidupan
manusia dan makhluk lainnya.
Perubahan sosial sebagaimana sifatnya yang abadi, akan selalu pasi
dan terjadi. Demikian pula halnya pada
organisasi sebagai organisasi terbuka yang mempunyai ciri kumpulan orang-orang
yang bekerja secara sinergi untuk mencapai tujuan bersama, mengalami teori
perubahan organisasi mulai dari orientasi, teknologi, struktur, dan
manajemennya. Margulies (1978:4) berpendapat bahwa:
Perubahan
sosial yang sedang terjadi dan yang akan terjadi, sangat mempengaruhi keadaan
dan kehidupan organisasi.hal itu antaralain mencakup,(1) Perubahan peran dan
tujuan organisasi, (2) membesar dan semakin kompleksnya organisasi, (3)
penggunaan teknologi yang lebih maju, (4) adanya bentuk organisasi baru, (5)
perubahan pandangan terhadap manusia.
1.4.
Pengertian motivasi
dan motif
Kata motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang berarti
“bergerak” yang dimaksudkan sebagai “bergerak untuk maju”. Siagian (1980: 128)
mengartikan motivasi sebagai keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada
bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tujuan
tercapainya organisasi dengan efesien dan ekonomis. Pengertian motivasi menurut
Sardiman . (1994:12) menyatakan bahwa: “ Motivasi dapat dikatakan sebagai
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang
mau dan ingin melakukan sesuatu”. Motif bekerja dapat bermacam-macam, namun
dalam posisi ini motif kerja berupa pemberian berupa pemberian semangat agar
para karyawan melakukan pekerjaan dengan baik seperti dikatakan Nitisemito
(1992: 130) yang mendefinisikan motivasi sebagai usaha atau kegiatan dari
manajer untuk dapat meningkatkan semangat dan gairah kerja para bawahannya.
Manullang (1996: 150) menjelaskan bahwa motivasi merupakan
pengembangan dari kata “Motif”, yang artinya suatu tenaga atau dorongan yang
mendorong manusia untuk bertindak atau
suatu tenaga dalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak. Usman
(1992: 24) mendefinisikan “Motvasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan”.
Pengertian
motif, antara lain sebagai berikut:
1. Motif adalah
suatu prernyataan yang kompleks dalam suatu organisme yang mengarah pada
tingkah laku ke suatu tujuan atau perangsang. (Purwanto, 1990: 5).
2. Motif adalah
suatu daya yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya melakukan
sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapan untuk
memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan (Moh. Uzer Usman, (1992 : 24)
1.5.
Tujuan
Motivasi
Motivasi diberikan sebagai upaya memelihara semangat kerja
karyawan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan optimal. Motivasi ditujukan
sebagai upaya mendorong dan merangsang pegawai untuk melakukan kegiatan atau tugasnya dengan rasa kesadaran.
Sebagai upaya motivasi, pemimpin dapat melakukan kegiatan untuk meningkatkan
kegairahan, disiplin, kesejahteraan, prestasi, moral kerja, tanggung jawab
terhadap tugas-tugas, produksivitas dan efesiensi pegawai.
Hasibuan
(1991 : 196) memerinci tujuan motivasi, yaitu:
1. Merubah
perilaku pegawai sesuai dengan keinginan pemimpin.
2. Meningkatkan
kegairahan pegawai.
3. Meningkatkan
disiplin pegawai.
4. Meningkatkan
kesejahteraan pegawai.
5. Meningkatkan
prestasi pegawai.
6. Meningkatkan
moral kerja pegawai.
7. Meningkatkan
rasa tanggung jawab pegawai terhadap perusahaan.
8. Meningkatkan
rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas-tugas.
9. Meningkatkan
produksifitas dan efesiensi.
10. Memperbesar
partisipasi pegawai terhadap perusahaan.
1.6.
Perinsi-perinsip
Motivasi
1.
Perinsip
Kompetisi
Kompetisi adalah sebuah upaya untuk memberikan kesempatan kepada
setiap orang memperlihatkan seluruh kemampuannya dengan difasilitasi dengan
sehat dan benar. Perinsip-perinsip kompetisi adalah persaingan dengan kemampuan
dan keterampilan yang dimiliki, prinsip lainnya bahwa dalam kompetisi itu
terkandung kejujuran dan keterbukaan.
Dengan kompetisi diharapkan agar dapat memberikan stimulan
terhadap orang untuk memperlihatkan dan mengeluarkan seluruh potensi yang
dimilikinya, artinya memunculkan dorongan-doronagan untuk untuk melakukan
sesuatu.
2.
Perinsip
pemacu
Pemacu merupakan upaya dalam memberikan sebuah dorongan yang
berupa tindakan positif sehingga pihak yang diberi motivasi menyegerakan
melakukan tindakan tersebut. Prinsip pemacu ini diibaratkan sebagai pecut bagi
seseorang yang kekurangan semangat sehingga dengan adanya pemacu ini
semangatnya dalam melakukan sesuatu dapat meningkat dengan cepat bahkan
drastis.
3.
Prinsip
ganjaran dan hukuman
Prinsip ganjaran dan hukuman biasanya dilakukan kepada anak-anak
dengan tujuan supaya anak termotivasi
untuk belajar. Misalnya apabila tidak belajar maka tidak akan diberi uang jajan
dan sebaliknya apabila rajin belajar dan
rangkingnya naik maka akan dibelikan sepeda.
Perinsip ini biasa dilakukan atau diberitahukan kepada anak-anak
atau pihak yang akan diberri motivasi sebelum anak itu melakukan pekerjaannya
dalam hal ini belajar.
4.
Perinsip
Kejelasan Kedekatan Tujuan
Perinsip kejelasan dan kedekatan
ini dimaksudkan apabila suatu pekerjaan sudah jelas dipahami maka akan
memberikan dorongan tersendiri bagi orang yang mengerjakan tersebut. Sehingga
tidak ada lagi hal yang meragukan pada saat pekerjaan itu berlangsung, karna
apabila suatu pekerjaan belum dapat di pahami secara utuh akan mengurangi semangat
untuk mengerjakannya. Dengan demikian prinsip kejelasan ini sangat penting.
Sedangkan kedekatan tujuan merupakan prinsip utama dalam sebuah
pekerjaan, sebagaimana diketahui bahwa sebuah pekerjaan apapun namanya pasti
memiliki tujuan dengan demikian dibutuhkan adanya kedekatan dan kepastian
dengan tujuan yang hendak dicapai mulai dari substansi pekerjaan itu sampai
durasi waktu yang harus ditempuh, dengan kata lain prinsip ini harus efektif
dan efesien.
5.
Pemahaman
Hasil
Pemahaman hasil merupakan suatu pengetahuan atau pengertian dari
seseorang dalam memahami hasil kerja yang akan diperoleh nanti setelah
pekerjaan tersebut selesai. Apabila hasil yang akan diperoleh sudah dapat
diprediksi dan dipahami, maka dapat memberikan motivasi pada seseorang untuk lebih giat dalam
melakukan pekerjaannya.
6.
Pengembangat
Minat
Prinsip pengembangan minat merupakan perinsip yang benar-benar
menyesuaikan dengan kondisi orang yang diberi motivasi tersebut, karena ini
bertujuan bahwa minat seseorang biasa dijadikan dorongan untuk meningkatkan
semangat kerjannya. Pengembengant minat ini dapat diterapkan pada orang-orang
tertentu yang memiliki minat penuh dalam bekerja, sehingga dengan adanya
pengembangan minat benar-benar dapat memberikan motivasi yang positf dalam
bekerja.
7.
Lingkungan
yang Kondusif
Lingkungan yang kondusif dapat memberikan motivasi bagi seseorang
untuk bekerja. Misalnya adanya
ventilasi yang cukup diruangan dapat menyamankan suasana kerja, hubunhan rekan
kerja yang harmonis, cahaya yang cukup, terdapat AC, dan masih banyak lagi.
Dengan adanya lingkungan yang kondusif berarti suasana kerja secara umum sudah
berlangsung secara efektif dan efesien. Sehingga dengan demikian suasana
lingkungan yang kondusif sangat diperlukan sebagai upaya dalam meningkat kan motivasi kerja.
8.
Keteladanan
Prinsip keteladan merupakn motivasi yang datang dari luar secara
tidak langsung, karena prinsip inni merupakan Figur dari seseorang separti dari
atasan atau pemimpin. Figur seorang pemimpin dapat meningkatkan semangat
bawahan dalam bekerja karena ada rasa kagum yang timbul secara alami yang
ikhlas dari bawahan. Misalnya, atasan
selalu datang tepat waktu sehingga bawahan termotivasi untuk mengikutinya bisa
karena malu atau tidak enak karena karena etos kerja atasan yang tinggi dan
lain sebagainya yang jelas dengan adanya keteladanan ini. Bawahan akan
termotivasi secara langsung dan kuat sehingga meningkat pula kinerjanya yang
pada akhirnaya suasana kerja dalam lembaga atau organisasi makincepat
berkembang. Dengan demikian, prinsip keteladanan ini sangat penting diterapkan
dalam kehidupan kerja sebuah organisasi.
1.7.
Jenis dan
Teori Motivasi
1.
Jenis
Motivasi
o
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang menceerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yeng terjadi pada
diri seseorang.
o
Motivasi sebagai proses psikologis yang timbul diakibatkan oleh
faktor didalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsic atau faktor
dari luar diri yang disebut faktor ekstrinsik.
o
Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa keperibadian. Sikap,
pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita uang menjangkau ke
mas depan.
o
Faktor di luar diri, dapat ditimbulkan dari beberapa sumber, bisa
karena pengaruh pemimpin, kolega atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks.
Tapi baik factor intrisic maupu ekstrinsikmotivasi timbul karena adanya
rangsangan.
a.
Motivasi
Intrinsic
Motivasi intrinsic adalah keinginan ertindak yang disebabkan
adanya faktor pendorong dari dalam individu. Penelitian De Cham (Prayitna, 1989
: 11). Menyatakan bahwa individuyang melakukan kegiatan yang didorong oleh
motivasi intrisic, maka kegiatannya untuk mencapai tujuan yang merupakan hasil
kegiatan itu. Contohnya: siswa belajar bahasa Inggris baik secara lisan atau
tertulis, bukan bukan untuk mendapatkan ijazah atau pujian orang tua.
b.
Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah materi yang keberadaannya disebabkan
karena rangsangan dari luar. Tipe motivasi ekstrinsik ini mempunyai tujuan
utama individu dalam melakaukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang terletak
diluar aktivitas belajar atau tujuan tidak terlibat dalam aktivitas belajar.
2.
Teori
Motivasi
a.
Teori Humanistik
Teori
Humanistik, motivasi itu ada satu yaitu motivasi dari dalam individu. Motivasi
ini merupakan keinginan dasar yang mendorong individu dalam memenuhi kebutuhan.
Teori yang didasari oleh teori humanistik yaitu:
1) Teori
Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
Teori
kebutuhan menurut Abraham Maslow (Siagian, 1989 : 146)
o
Kebutuhan mempertahankan hidup, merupakan kebutuhan primer untuk
memenuhi psikologis dan biologis, seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan.
o
Kebutuhan rasa aman, manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah
kebutuhan kan keamanan jiwa, kebutuhan keamanan harta, perlakuan adil dan
sebagainya.
o
Kebutuhan sosial, merupakan perasaan diterima oleh orang lain,
kebutuhan untuk maju, dan kebutuhan untuk ikut serta.
o
Kebutuhan penghargaan/prestasi, semakin tinggi setatus seseorang
semakintnggi pula rasa prestasinya.
o
Kebutuhan mempertinggi kepastian kerja, tampak pada kebutuhan atau
keinginan untuk mengembangkan diri dan kapasitas keja, melalui dengan
pendidikan dan latihan, seminar, konferensi dsb.
2) Teori
kebutuhan Erg Alderfer
Alderfer mengemukakan tiga kebutuhan pokok manusia yaitu kebutuhan
keberadaan, kebutuhan berhubungan, dan kebutuhan pertumbuhan, teori aldafer ini
disebut juga ERG Theory (existence, Ralatednes, Growth) yang merupakan gambaran
dari kebutuhan manusia untuk bereksistensi, berhubungan, dan berkembang.
Walaupun lebuh disederhanakan, tetapi substansi kebutuhannya hampir sama dengan
teori Maslow, Namun Alderfer tidak menekankan kebutuhan tersebut secar hirarki
tetapi lebih bersifat fleksibel karena dimungkinkan ada pemenuhan kebutuhan
secara bersamaan bahkan dimungkinkan adanya gerakan menurun apabila seseorang
mengalami frustasi dalam upaya memenuhi kebutuhannya di tingkat tertentu.
b. Teori
Behavioristik
Teri ini
memandang bahwa motvasi dikontrol oleh lingkungan. Prayitno (1989 : 54-55),
mengemukakan beberapa prinsip motivasi yang berisfat behavioristik, yaitu:
1) Observasi
dan catatlah tingkah laku.
2) Pilihlah
bentuk penguatan yang tepat.
3) Haruslah
bersikap konsisten.
4) Terapkanlah
prinsip pembentukan tingkah laku.
5) Berikan
model tingkah laku yang ingin dikerjakan.
6) Jadikanlah
lingkungan organisasi sebagai tempat yang menyenangkan untuk bekerja.
1.8.
Fakto-faktor
Motivasi
Faktor-faktor
yang ada dalam motivasi dijelaskan Sukarna (1997 : 53) sebagai berikut:
1. Kebutuhan-kebutuhan
manusia.
2. Kebutuhan
hubungan.
3. Kepemimpian.
4. Perangsang.
5. Supervisie.
6. Disiplin.
1.9.
Teknik-teknik
Motivasi
Motivasi
jelas diperlukan untuk memelihara semangat dan bahkan meningkatkan semangat
kerja pegawai sehingga organisasi dapat mencapai tujuan secara productif.
Berdasarkan kajian terhadap hasil penelitian para ahli tentang motvasi,
dipelajari dari aktivitas yang dapat dijadikan teknik memotivasi baik dari
perbaikan iklim dan kualitas tempat kerja sampai kepada memberi reward yang
memadai dan menantang kerja.
Nitisemito
(1992 : 170) memerinci teknik-teknik motivasi sebagai berikut:
1. Pemberian
gajih yang cukup.
2. Memperhatikan
kebutuhan sosial.
3. Sesekali
menciptakan suasana santai.
4. Memperhatikan
harga diri.
5. Menempatkan
karyawan pada posisi yang tepat.
6. Memberikan
kesempatan untuk maju.
7. Memperhatikan
perasaan aman para pegawainya untuk menghadapi masa depan.
8. Mengusahakan
loyalitas karyawan.
9. Sesekali
mengajak karyawan untuk berunding.
10. Memberikan
insentif.
11. Fasilitas
yang menyenangkan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas kami dapat menyimpulkan tentang leadership
atau kepemimpianan, bahwa kepemimpinan dan motivasi mempunyai hubungan yang
erat dimana seorang pemimpin bisa memotivasi bawahannya agar berkerjakeras
untuk mencapai tujuannya, terlebih mengatakan
Dubrin. A. J. (2001:3), kepemimpinan adalah kemampuan untuk menanamkan
keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Seorang pemimpin juga dituntut mempunyai minimal 3 keterampilan
yang kami sudah kemukakan di atas tadi yaitu : Technicalskills, Human skills, Conceptual skills.
Pendekatan kepemimpinan adalah dimana seseorang pemimpin bisa
mempunyai salah satu dari pendekatan yang kami sampaikan tadi bahwa pendekata
kepemimpin bisa dilihat dari sifat pemimpin, perilkau pemimpin.
Sedangkan kata motivasi adalah berasal dari bahasa latin “Movere”
yang berarti “bergerak” yang dimaksudkan sebagai “bergerak untuk maju”. Siagian
(1980: 128) mengartikan motivasi sebagai keseluruhan proses pemberian motif
bekerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan
ikhlas demi tujuan tercapainya organisasi dengan efesien dan ekonomis.
Motivasi diberikan sebagai upaya memelihara semangat kerja
karyawan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan optimal. Motivasi ditujukan
sebagai upaya mendorong dan merangsang pegawai untuk melakukan kegiatan atau tugasnya dengan rasa kesadaran.
Sebagai upaya motivasi, pemimpin dapat melakukan kegiatan untuk meningkatkan
kegairahan, disiplin, kesejahteraan, prestasi, moral kerja, tanggung jawab
terhadap tugas-tugas, produksivitas dan efesiensi pegawai.
Daftar
pustaka
1. Prof. Dr. H.
Engkoswara, M.Ed-Dr. Hj. Aan Komariah, M.pd., Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011)